Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makalah Pemberian Obat Melalui Mata by Hermanbagus

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah memberi obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya.
Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.

1.2  Rumsan Masalah

1.      Apa Pemberian Obat ?
2.      Apa  macam peran dalam pengobatan ?
3.      Apa sifat kerja obat?
4.      Apa faktor yang mempengaruhi kerja obat?
5.      Bagaimana cara penyimpanan Obat ?
6.      Bagaimana pemberian obat pada mata ?
7.      Apa kesalahan pemberian obat ?
8.      Apa Undang-nudang dan standar obat ?

1.3         Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui Pemberian Obat
2.      Mengetahui  macam peran dalam pengobatan
3.      Mengetahui sifat kerja obat
4.      Mengetahui faktor yang mempengaruhi kerja obat
5.      Mengetahui cara penyimpanan Obat
6.      Mengetahui pemberian obat pada mata  
7.      Mengetahui kesalahan pemberian obat
8.      Mengetahui Undang-nudang dan standar obat



BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PEMBERIAN OBAT
- Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat.
- Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang memiliki kesehatan
- Perawat bertanggung jawab memehami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat,memantau respons klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.
- Perawat harus memahami masalah klien saat ini dan sebelumnya
- Pertimbangan perawat penting dalam pemberian obat yang tepat dan aman.
NOMENKLATUR DAN BENTUK OBAT
Obat atau medikasi adalah zat yang digunakan dalam diagnosis , terapi,penyembuhan, penurunan atau pencegahan penyakit.
NAMA
Sebuah obat memiliki empat nama berbeda.
- Nama kimia memberi gambaran pasti komposisi obat.
- Nama generic diberikan oleh pabrik yang pertama kali memproduksi obat tersebut
- Nama resmi obat adalah nama obat yang terdaftar dalam publikasi resmi
- Nama dagang,nama merek,atau nama pabrik adalah nama yang digunakan pabrik dalam memasarkan obat. Sebuah obat generic dapat memiliki nama dagang yang berbeda. Nama dagang memiliki symbol ® disebelah kanan atas nama obat, yang mengindikasikan bahwa obat terdaftar.

KLASIFIKASI
- Klasifikasi obat mengindikasikan efek pada system tubuh, gejala yang dihilangkan, atau efek yang diinginkan
- Setiap golongan berisi obat yang diprogramkan untuk jenis masalah kesehatan yang sama
- Komposisi fisik dan kimia obat dalam satu golongan tidak selalu sama
- Perawat harus mengetahui karakteristik umum obat dalam setiap golongan
- Setiap golongan obat memiliki implikasi keperawatan untuk pemberian dan pemantauan yang tepat
- Implikasi keperawatan untuk semua obat dalam suatu golongan memandu perawat dalam memberikan perawatan yang aman dan efektif.
BENTUK OBAT
- Obat tersedia dalam berbagai bentuk atau preparat, bentuk obat menentukan rute pemberian obat.
- Komposisi obat dibuat untuk meningkatkan absorbsi dan metabolisme di dalam tubuh.
- Ada beberapa bentuk obat misalnya tablet, kapsul, eliksir dan supositoria. Ketika memberi obat, perawat harus yakin bahwa ia memberikan obat dalam bentuk yang benar.

2.2 Macam Peran Dalam Pengobatan

Peran Dokter dalam Pengobatan
Dokter bertanggung jawab terhadap diagnosis dan terapi. Obat harus dipesan dengan menulis resep. Bila ragu tentang isi resep atau tidak terbaca, baik oleh perawat maupun apoteker, penulis resep itu harus dihubungi untuk penjelasan.
Peran Apoteker dalam Pengobatan
Apoteker secara resmi bertanggung jawab atas pasokan dan distribusi obat.selain itu apoteker bertanggung jawab atas pembuatan sejumlah besar produk farmasi seperti larutan antiseptik, dan lain-lain.
Peran penting lainnya adalah sebagai narasumber informasi obat. Apoteker bekerja sebagai konsultan spesialis untuk profesi kedokteran, dan dapat memberi nasehat kepada staf keperawatan dan profesi kesehatan lain mengenai semua aspek penggunaan obat, dan memberi konsultasi kepada pasien tentang obatnya bila diminta.
Peran Perawat/Bidan
Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat/bidan yang paling penting. Perawat/bidan adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat/bidan yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.
Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan/kebidanan. Perawat/bidan yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.
Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.

2.3 SIFAT KERJA OBAT
FARMAKOKINETIK
Adalah ilmu tentang cara obat masuk kedalam tubuh, mencapai tempat kerjanya, dimetabolisme, dan keluar dari tubuh. Dokter dan Perawat menggunakan pengetahuan farmakokinetiknya ketika memberikan obat, memilih rute pemberian obat, menilai resiko perubahan kerja obat, dan mengobservasi respons klien.
SIFAT KERJA OBAT
- Obat bekerja menghasilkan efek teraupetik yang bermanfaat
- Sebuah obat tidak menciptakan suatu fungsi didalam jaringan tubuh atau organ, tetapi mengubah fungsi fisiologis.
- Obat dapat melindungi sel dari pengaruh agens kimia lain, meningkatkan fungsi sel, mempercepat atau memperlambat proses kerja sel
- Obat dapat menggantikan zat tubuh yang hilang.( insulin,hormone tiroid atau estrogen)
Mekanisme Kerja
- Obat menghasilkan kerja dengan mengubah cairan tubuh atau membrane sel atau dengan berinteraksi dengan tempat reseptor
- Jel aluminium hidroksida obat mengubah zat kimia suatu cairan tubuh (khususnya dengan menetralisir kadar asam lambung). Obat-obatan misalnya gas anastesi umum, berinteraksi dengan membrane sel, setelah sifat sel berubah, obat mengeluarkan pengaruhnya.
- Mekanisme kerja obat yang paling umum ialah terikat pada tempat reseptor sel.
- Reseptor melokalisasi efek obat
- Tempat reseptor berinteraksi dengan obat karena memiliki bentuk kimia yang sama.
- Obat dan reseptor saling berikatan kuat, ketika ikatan terjadi maka efek terapeutik dirasakan
Efek Terapeutik
- Efek terapeutik merupakan respon fisiologis obat yang diharapkan atau yang diperkirakan timbul.
- Setiap obat yang diprogramkan memiliki efek terapeutik yang diinginkan, contoh, perawat memberi kodein fosfat untuk menciptakan efek analgesic dan memberi teofilin untuk mendilatasi bronkiolus pernapasan yang menyempit
- Pengobatan tunggal dapat menghasilkan banyak efek yang terapeutik.
Efek Samping
- Sebuah obat diperkirakan akan menimbulkan efek sekunder yang tidak diinginkan, efek samping ini mungkin tidak berbahaya atau bahkan menimbulkan cidera.
- Contoh penggunaan obat kodein fosfat dapat membuat seorang klien mengalami konstipasi ini dianggap tidak berbahaya, namun digoksin dapat mengakibatkan disaritmia jantung yang dapat menyebabkan kematian.

Reaksi Idiosinkratik
- Obat dapat menyebabkan timbulnya efek yang tidak diperkirakan, misalnya reaksi idiosinkratik, yang meliputi klien bereaksi berlebihan, tidak bereaksi atau bereaksi tidak normal terhadap obat
- Contoh seorang anak yang menerima antihistamin menjadi sangat gelisah atau sangat gembira, bukan mengantuk.
Reaksi Alergi
- Reaksi alergi adalah respons lain yang tidak dapat diperkirakan terhadap obat
- Dari seluruh reaksi obat 5 % sampai 10% merupakan reaksi alergi.
- Apabila obat diberikan secara berulang kepada klien, ia akan mengalami respons alergi terhadap obat, zat pengawet obat, atau metabolitnya. Dalam hal ini obat atau zat kimia bekerja sebagai antigen, memicu pelepasan antibody.
- Alergi obat dapat bersifat ringan atau berat.
- Gejala alergi bervariasi, bergantung pada individu dan obat.
- Gejala alergi yang umum antara lain adalah urtikaria, ruam, pruritus,rhinitis
- Reaksi alergi yang berat atau reaksi anafilaksis di tandai oleh konstriksi (pengecilan) otot bronkiolus, edema faring dan laring, mengi berat dan sesak napas.
- Klien juga dapat mengalami hipotensi berat.
- Klien yang memiliki riwayat alergi terhadap obat tertentu harus menghindari penggunaan berulang obat tersebut.
Interaksi Obat
- Apabila suatu obat memodifikasi kerja obat yang lain, terjadi interaksi obat
- Interaksi obat umumnya terjadi pada individu yang menggunakan beberapa obat
- Apabila dua obat diberikan secara bersamaan, kedua obat tersebut dapat memiliki efek yang sinergis atau adiktif
- Dengan efek sinergis, kerja fisiologis kombinasi kedua obat tersebut lebih besar daripada efek obat bila diberikan terpisah.
- Interaksi obat selalu diharapkan, seringkali seorang dokter memprogramkan terapi obat guna mendapatkan keuntungan terapeutik. Contoh, klien yang menderita hipertensi berat dapat menerima kombinasi terapi obat, misalnya diuretic dan vasodilator, yang bekerja bersama menjaga tekanan darah pada kadar yang diinginkan.
Respons Dosis Obat
- Tujuan suatu obat deprogram ialah untuk mencapai kadar darah yang konstan dalam rentang terapeutik yang aman
- Dosis berulang diperlukan untuk mencapai konsentrasi terapeutik konstan suatu obat karena sebagian obat selalu dibuang (diekskresi). Ketika absorpsi berhenti ,hanya metabolisme, eksresi dan distribusi yang berlanjut
- Konsentrasi serum tertinggi obat biasanya dicapai sesaat sebelum obat terakhir diabsorpsi. Setelah mencapai puncak, konsentrasi serum turun bertahap
- Pada penginfusan obat intravena, konsentrasi puncak dicapai dengan cepat, tetapi kadar serum juga mulai turun dengan cepat
- Semua obat memiliki waktu paruh serum, yakni waktu yang diperlukan proses eksresi untuk menurunkan konsentrasi serum sampai setengahnya.
- Klien dan perawat harus mengikuti penjadwalan dosis yang teratur dan mematuhinya untuk menentukan dosis dan interval waktu pemberian dosis.
 Dengan mengetahui interval waktu kerja obat, perawat dapat mengantipasi efek suatu obat :
1. Awitan kerja obat : Waktu yang dibutuhkan obat sampai suatu respons muncul setelah obat diberikan
2. Kerja puncak obat : Waktu yang dibutuhkan obat sampai konsentrasi efektif tertinggi dicapai
3. Durasi kerja obat : Lama waktu obat terdapat dalam konsentrasi yang cukup besar untuk menghasilkan suatu respons
4. Plateau : Konsentrasi serum darah dicapai dan dipertahankan setelah dosis obat yang sama kembali diberikan
- Cara ideal yang digunakan untuk mempertahankan kadar obat yang terapeutik ialah melakukan penginfusan intravena secara kontinu.
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Obat
1. Perbedaan Genetik
- Susunan genetic mempengaruhi biotransformasi obat
- Pola metabolic dalam keluarga seringkali sama, factor genetic menentukan apakah enzim yang terbentuk secara alami ada untuk membantu penguraian obat, akibatnya anggota keluarga sensitive terhadap suatu obat.
2. Variabel fisiologis
- Perbedaan hormonal antara pria dan wanita mengubah metabolisme obat tertentu
- Hormon dan obat saling bersaing dalam biotransformasi karena kedua senyawa tersebut terurai dalam proses metabolic yang sama
- Usia berdampak langsung pada kerja obat
- Sejumlah perubahan fisiologis yang menyertai penuaan memengaruhi respons terhadap terapi obat.
3. Kondisi Lingkungan
- Stres fisik dan emosi yang berat
- Radiasi ion menghasilkan efek yang sama dengan mengubah kecepatan aktivitas enzim
- Panas dan dingin . Klien hipertensi diberi vasodilator untuk mengontrol tekanan darahnya. Pada cuaca panas, dosis perlu dikurangi karena suhu yang tinggi meningkatkan efek obat. Cuaca dingin cenderung meningkatkan vasokonstriksi, sehingga dosis perlu ditambah.
- Klien yang dirawat di isolasi , dan diberi obat analgesic memperoleh efek pereda nyeri lebih kecil disbanding klien yang dirawat di ruang biasa
4. Faktor psikologis
- Sikap seseorang terhadap obat berakar dari pengalaman sebelumnya atau pengaruh keluarga, anak-anak yang sering melihat orang tuanya minum obat akan cepat terpengaruh dengan kebiasaan orang tuanya tersebut.
- Sebuah obat dapat digunakan untuk mengatasi rasa tidak aman, pada situasi ini, klien bergantung pada obat sebagai media koping dalam kehidupan. Sebaliknya jika klien kesal terhadap kondisi fisik mereka, rasa marah dan sikap bermusuhan dapat menimbulkan reaksi yang diinginkan terhadap obat.
- Obat seringkali memberi rasa aman. Penggunaan secara teratur obat tanpa resep atau obat yang dijual bebas, misalnya vitamin, laksatif dll.
- Perilaku perawat saat memberikan obat dapat berdampak secara signifikan pada respons klien terhadap pengobatan.
5. Diet
- Interaksi obat dan nutrient dapat mengubah kerja obat atau efek nutrient. Contoh, vitamin K (terkandung dalam sayuran hijau berdaun), merupakan nutrient yang melawan efek warfarin natrium (Coumadin), mengurangi efeknya pada mekanisme pembekuan darah. Minyak mineral menurunkan absorpsi vitamin larut lemak
- Klien membutuhkan nutrisi tambahan ketika mengonsumsi obat yang menurunkan efek nutrisi
- Menahan konsumsi nutrient tertentu dapat menjamin efek terapeutik obat
RUTE PEMBERIAN OBAT
- Pilihan rute pemberian obat bergantung pada kandungan obat dan efek yang diinginkan juga kondisi fisik dan mental klien
- Perawat sering terlibat dalam menentukan rute pemberian obat yang terbaik dengan berkolaborasi dengan dokter.

Intraokuler
- Pemberian dilakukan dengan menginsersi obat berbentuk cakram, yang mirip sebuah lensa kontak, kedalam mata klien
- Obat mata berbentuk cakram ini memiliki dua lapisan lunak luar yang didalamnya terdapat obat.
- Cakram diinsersi kedalam mata klien, sangat mirip lensa kontak
- Cakram dapat tetap didalam mata klien selama satu minggu
- Pilokarpin, obat yang digunakan untuk mengobati glaucoma, adalah cakram obat yang paling sering digunakan

2.5 Cara Penyimpanan Obat
Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama, yaitu :
1.                  Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil (rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid antara 2 – 10°C, vaksin cacar air harus < 5°C.
2.                  Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan terkunci.
3.                  Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.
2.6 Pemberian Obat Pada Mata

1.  Persiapan alat dan bahan

1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.
2. Pipet.
3. Pinset anatomi dalam tempatnya.
4. Korentang dalam tempatnya.
5. Plestier.
6. Kain kasa.
7. Kertas tisu.
8. Balutan.
9. Sarung tangan.
10. Air hangat/kapas pelembab.

2. Prinsip Enam Benar
1.      Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2.      Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat/bidan harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat/bidan harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3.      Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti !
4.      Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
5.      Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6.      Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.


 3.       Persiapan Pasien

a.       Beritahukan dan tunjukan pada klien atau keluaranya cara pemberian tetes mata dan
          salep mata yang benar.
b.      Beritahukan klien untuk melaporkan perubahan penglihatan,kabur,atau hilangnya       
         penglihatan,kesukaran bernafas,atau kulit kemerahan
c.        Beritahukan klien untuk tidak menyimpan obat pada tempat yang dapat menahan   
          cahaya dan jauh dari panas.
d.      Beritahukan klien untuk tidak menghentikan pemakaian obat secara mendadak tanpa
         terlebih dahulu mendapat persetujuan dokter yang meresepkan obat tersebut.
e.      Beritahukan klien akan perlunya pemeriksaan medis secara terus – menerus.
f.        Nasihati klien untuk tidak mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin yang
         berbahaya apabila pandangan terganggu.

4.       Langkah –langkah pemberian obat / prosedur kerja  apabila obat berbentuk tetes obat

1.      Cuci tangan.
2.       Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.       Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping kanan.
4.       Gunakan sarung tangan.
5.       Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata ke arah
       hidung, apabila sangat kotor basuh dengan air hangat.
6.      Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk
      di atas tulang orbita.
7.   Teteskan obat mata di atas sakus konjungtiva.
8.   Teteskan sebanyak yang diresepkan ke tengah – tengah Sakus.penetesan langsung pada
       kornea dapat menimbulkan rasa tidak enak atau kerusakan.Usahakan supaya penetes        tidak menyentuh lipatan mata atau bulu mata.
9.    Dengan lembut tekan duktus lakrimalis dengan bola kapas atau tissue steril 1-2 menit
       setelah penetesan untuk mencegah absorpsi sistemik melalui kanalis lakrimalis.
10.  Klien harus menjaga agar mata tetap tertutup selama 1-2 menit selama penetesan untuk       meningkatkan absorpsi.

5.       Langkah –langkah pemberian obat / prosedur kerja  apabila obat berbentuk salep.

1.  Cuci tangan.
2.  Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.  Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping kanan.
4.  Gunakan sarung tangan.
5.  Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata ke arah      hidung, apabila sangat kotor basuh dengan air hangat.
6.  Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di      atas tulang orbita.
7.  Teteskan obat mata di atas sakus konjungtiva.
8.  Apabila obat mata jenis salep pegang aplikator salep di atas pinggir kelopak mata
     kemudian    pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata
     bawah. (kira –  kira ¼ inci kecuali ada petunjuk lainnya) pada sakus konjungtiva.   
        Penetesan langsung pada kornea dapat menimbulkan rasa tidak enak atau kerusakan
     Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat ke bawah, secara bergantian dan berikan
     obat pada  kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan
      menggerakkan kelopak mata selama 2 – 3 menit.
9.  Tutup mata dengan kasa bila perlu.
10. Beritahu klien bahwa penglihatannya akan kabur sebentar.
11. Berikan pada waktu tidur,jika memungkinkan
12.  Cuci tangan.
13.  Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian.

6.       Mekanisme Kerja Obat Pada Mata

Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata obat tetes mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.

7.       Bentuk Obat mata

Bentuk Obat – obat mata adalah Guttae (Obat Tetes) dan Obat Salep mata .

 8.       Evaluasi : efek samping

     Evaluasi Tindakan : Efek Samping Obat Tetes Dan Salep untuk mata adalah :
a.       Penglihatan Kabur
b.      Nyeri  Pada Mata
c.       Iritasi atau Infeksi Mata
d.      Sakit Kepala
e.      Alergi Kontak

2.7 Kesalahan Pemberian Obat
Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain yang mengubah terapi obat yang direncanakan, misalnya lupa memberi obat, memberi obat dua sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang salah, atau memberi obat yang benar pada rute yang salah.
Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang dapat membuat klien menerima obat yang salah atau tidak mendapat terapi obat yang tepat.
- Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat dalam pembuatan resp, transkripsi, persiapan, penyaluran, dan pemberian obat
- Sistem penyaluran obat di rumah sakit harus dirancang supaya ada sebuah sistem pemeriksaan dan keseimbangan, hal ini akan membantu mengurangi kesalahan pengobatan.
- Perawat sebaiknya tidak menyembunyikan kesalahan pengobatan. Pada catatan status klien, harus ditulis obat apa yang telah diberikan kepada klien, pemberitahuan kepada dokter, efek samping yang klien alami sebagai respons terhadap kesalahan pengobatan, dan upaya yang dilakukan untuk menetralkan obat.

- Perawat bertanggung jawab melengkapi laporan yang menjelaskan sifat insiden tersebut.
- Laporan insiden bukan pengakuan tentang suatu kesalahan atau menjadi dasar untuk memberi hukuman dan bukan merupakan bagian catatan medis klien yang sah. Laporan ini merupakan analisis objektif tentang apa yang terjadi dan merupakan penatalaksanaan risiko yang dilakukan institusi untuk memantau kejadian semacam ini. Laporan kejadian membantu komite interdisiplin mengidentifikasi kesalahan dan menyelesaikan masalah sistem di rumah sakit yang mengakibatkan terjadinya kesalahan.
Jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior segera setelah kesalahan itu diketahuinya.
Cara Mencegah Kesalahan Pemberian Obat
-                      Jangan beri obat yang diprogamkan dengan nama pendek atau singkatan yang tidak resmi.
-                      Banyak dokter menggunakan nama pendek atau singkatan tidak resmi untk obat yang sering diprogamkan. Apabila perawat atau ahli farmasi tidak mengenal singkatan tersebut, obat yang diberikan atau dikeluarkan bisa salah.
-                      Jangan berupaya menguraikan dan mengartikan tulisan yang tidak dapat dibaca.
-                      Apabila ragu tanya dokter. Kesempatan terjadinya salah interprestasi besar, kecuali perawat mempertanyakan program obat yang sulit dibaca.
-                      Kenali klien yang memiliki nama akhir sama, juga minta klien menyebutkan nama lengkapmya, cermati nama yang tertera pada tanda pengenal
-                      Seringkali satu atau dua orang klien memiliki nama akhir yang sama atau mirip, label khusus pada kardeks atau buku obat dapat memberi peringatan tentang masalah yang potensial.
-                      Cermati ekuivalen
-                      Saat tergesa – gesa, salah baca ekuivalen mudah terjadi ( ex : miligram dibaca mililiter.
PERTIMBANGAN KHUSUS PEMBERIAN OBAT PADA KELOMPOK USIA TERTENTU
- Tingkat perkembangan klien adalah faktor yang menentukan cara perawat memberikan obat.
- Pengetahuan tentang perkembangan klien membantu perawat mengantisipasi respons klien terhadap terapi obat.
A. Bayi dan Anak
- Usia, berat badan,, area permukaan tubuh, dan kemampuan mengabsorbsi, dan mengekresi obat pada anak berbeda-beda.
- Dosis untuk anak lebih rendah daripada dosis pada dewasa, sehingga perhatian khusus perlu diberikan dalam menyiapkan obat untuk anak.
- Obat biasanya tidak disiapkan dan dikemas dalam rentang dosis yang standarisasi untuk anak.
- Orang tua adalah sumber yang berharga dalam mempelajari cara terbaik pemberian obat pada anak
- Semua anak memerlukan persiapan psikologis khusus sebelum menerima obat.
- Supaya anak kooperatif, perawatan diperlukan yang suportif.
- Perawat menjelaskan prosedur kepada anak, menggunakan kata-kata yang pendek dan bahasa yang sederhana, yang sesuai dengan tingkat pemahaman anak
- Anak kecil yang menolak bekerjasama dan terus menolak , walaupun telah dijelaskan dan didorong mungkin perlu dipaksa secara fisik, apabila hal ini terjadi, lakukan dengan cepat dan hati-hati.
- Jika anak dan orang tuanya dapat dilibatkan, perawat kemungkinan akan lebih berhasil dalam memberikan obat.
- Ijinkan anak menetapkan pilihan
- Jangan pernah memberikan anak pilihan untuk tidak meminum obatnya
- Setelah obat diberikan, perawat dapat memberi pujian kepada anak atau menawarkan hadiah kecil.

2.8 UNDANG-UNDANG DAN STANDAR OBAT
STANDAR OBAT
Dokter, Perawat dan ahli Farmasi menggunakan standar obat untuk memastikan klien menerima obat yang alami dalam dosis yang aman dan efektif. Standar yang diterima masyarakat harus memenuhi criteria berikut :
1. Kemurnian. Pabrik harus memenuhi standar kemurnian untuk tipe dan konsentrasi zat lain yang diperbolehkan dalam produksi obat.
2. Potensi. Konsentrasi obat aktif dalam preparat obat memengaruhi kekuatan atau potensi obat.
3. Bioavailability. Kemampuan obat untuk lepas dari bentuk dosisnya dan melarut, diabsorbsi , dan diangkut tubuh ketempat kerjanya disebut bioavailability.
4. Kemanjuran. Pemeriksaan laboratorium yang terinci dapat membantu menentukan efektivitas obat.
5. Keamanan. Semua obat harus terus dievaluasi untuk menentukan efek samping obat tersebut.


UNDANG-UNDANG DAN KONTROL
- Perawat harus mengetahui peraturan yang memengaruhi penatalaksanaan pengobatan di area praktik mereka.
- Sebelum menerima tanggung jawab dalam memberi obat intravena, perawat harus berhati-hati terhadap kebijakan administrative yang berlaku di institusi tempat perawat tersebut bekerja. Karena suntikan intravena dapat menimbulkan efek samping yang serius, perawat yang melaksanakan fungsi ini harus berkualitas, telah mengikuti dan memiliki pendidikan dan pengalaman terkait.
- Perawat bertanggung jawab mengikuti ketentuan hokum saat memberikan zat terkontrol (obat yang memengaruhi pikiran atau perilaku), yang hanya dapat dikeluarkan jika diresepkan. Pelanggaran terhadap Controlled Substances Act dihukum dengan dikenakan denda, dipenjarakan dan ijinnya sebagai perawat dicabut. Rumah sakit dan institusi perawatan kesehatan lain memiliki kebijakan tentang penyimpanan dan pendistribusian zat terkontrol yang benar, termasuk narkotik.


















BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Cara Mencegah Kesalahan Pemberian Obat
-                      Jangan beri obat yang diprogamkan dengan nama pendek atau singkatan yang tidak resmi.
-                      Banyak dokter menggunakan nama pendek atau singkatan tidak resmi untk obat yang sering diprogamkan. Apabila perawat atau ahli farmasi tidak mengenal singkatan tersebut, obat yang diberikan atau dikeluarkan bisa salah.
-                      Jangan berupaya menguraikan dan mengartikan tulisan yang tidak dapat dibaca.
-                      Apabila ragu tanya dokter. Kesempatan terjadinya salah interprestasi besar, kecuali perawat mempertanyakan program obat yang sulit dibaca.
-                      Kenali klien yang memiliki nama akhir sama, juga minta klien menyebutkan nama lengkapmya, cermati nama yang tertera pada tanda pengenal
-                      Seringkali satu atau dua orang klien memiliki nama akhir yang sama atau mirip, label khusus pada kardeks atau buku obat dapat memberi peringatan tentang masalah yang potensial.
-                      Cermati ekuivalen
-                      Saat tergesa – gesa, salah baca ekuivalen mudah terjadi ( ex : miligram dibaca mililiter.


3.2 Saran

Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bias fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.




DAFTAR PUSTAKA

L, Kee Joyce & R, Hayes evelyn ; farmakologi Pendekatan proses Keperawatan, 1996 ; EGC; Jakarta.
Priharjo, Robert; Tekhnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, 1995; EGC; Jakarta.

Aziz, Azimul; Kebutuhan dasar manusia II.

Bouwhuizen, M; Ilmu Keperawatan Bagian 1; 1986; EGC; Jakarta.

Asmadi. ( 2005 ). Konsep Dasar Keperawatan . Jakarta .Buku Kedokteran EGC
Alimul Hidayat,  Aziz. (2008) . Pengantar Konsep Dasar Keperawatan . Jakarta . Salemba Medika

- Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta 1996
   Farmakologi, Pendekatan Proses Keperawatan
   Joyce L. Kee dan Evelyn R. Hayes
- Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner dan Suddarth
  Edisi 8. Penerbit Buku Kedokteran 2001
- Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta 1986
  IPI (Informasi Akurat Produk Farmasi di Indonesia)
Smith, Sandra F, Smith Donna J with Barbara C Martin. Clinical Nursing Skills. Basic to Advanced Skills, Fourth Ed, 1996. Appleton&Lange, USA.
Craven, Ruth F. Fundamentals of nursing : human healt and function.
Kozier, B. (1995). Fundamentals of nursing : Concept Procees and Practice, Ethics and Values. California : Addison Wesley
Ali, Zaidin,H.2001.Dasar-dasar keperawatan professional.Jakarta: Widya Medika.
Potter, Praticia A.2005.Buku ajar fundamental keperawatan edisi 4.Jakarta: EGC.

Posting Komentar untuk "Makalah Pemberian Obat Melalui Mata by Hermanbagus"